Bacaan ku (8) KREATIVITAS

Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.
Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut :
“The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence”
(Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa :
“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
Pengertian Kreativitas
Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut :
“The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence”
(Baron, 1976 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa :
“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.

Read more

KONSEP BERPIKIR

  • Edward de Bono ( 1976 )
- Kemahiran berfikir ini membolehkan manusia melihat pelbagai perspektif untuk menyelesaikan masalah dalam sesuatu situasi tertentu.

  • Dewey ( 1910 ) menegaskan :
- Pemikiran yang dihasilkan adalah kerana terdapat situasi keraguan atau masalah tertimbul. Pemikiran merupakan aktiviti psikologikal dalam sesuatu proses yang dialami untuk digunakan menyelesaikan masalah dalam situasi yang dihadapi.

  • Menurut pandangan Islam, berfikir ialah fungsi akal yang memerhatikan tenaga supaya otak manusia dapat bekerja dan beroperasi. Tenaga ini diperolehi melalui tafakur.

Berdasarkan pandangan dan definisi yang dihuraikan Konsep Pemikiran bolehlah dirumus sebagai :
“ Pemikiran ialah satu proses yang menggunakan minda untuk mencari makna dan penyelesaian terhadap sesuatu keraguan atau masalah yang tertimbul dengan menggunakan pelbagai cara iaitu membuat pertimbangan dan keputusan serta refleksi yang logikal dan munasabah terhadap proses yang dialami.


PROSES BERFIKIR

· Berfikir melibatkan pengendalian operasi mental tertentu dalam minda seseorang. Operasi terbahagi kepada 2 jenis iaitu :
       i.            Operasi Kognitif
- adalah kemahiran berfikir yang sering kita gunakan setiap hari, seperti mengelas, membanding, membuat urutan dan lain-lain.
     ii.            Operasi Meta kognitif
- merupakan operasi yang mengarah dan mengawal kemahiran dalam proses kognitif iaitu memandu dan membimbing segala aktiviti pemikiran manusia di antara komponen-komponen berfikir.

PRINSIP KEMAHIRAN BERFIKIR

  • Sentiasa bersikap kostektif iaitu mempunyai sikap positif bagi semua jenis kemahiran berfikir dan elakkan dari bersikap negatif.
  • Berfikir secara perlahan-lahan dan sentiasa berfikir secara mudah.
  • Melupakan rasa ego, kita perlu mengikis perasaan ego kita jika inginkan setiap kemahiran berfikir yang digunakan itu dapat manafaatnya.
  • Sentiasa menukar arah otak kita berfikir iaitu, bila kita perlukan berfikir secara logik, kreatif dan lateral. Kita juga perlu menggunakan pelbagai kemahiran berfikir untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
  • Tentukan tujuan kita berfikir dan sering bertanyakan diri sendiri tujuan dan apakah hasil yang diharapkan.
  • Perlu mengambil kira emosi dan perasaan orang lain serta diri sendiri sewaktu berfikir.
  • Kita perlu memikirkan alternatif lain sebelum kita membuat keputusan yang lebih baik. Setiap idea perlulah dilihat secara global supaya perincian kita tidak lari atau melencong dari skop atau landasan yang sebenar. Setiap pemikiran haruslah di akhiri dengan tindakan yang seharusnya mendatangkan kesan yang baik pada orang lain.
TEORI KEMAHIRAN BERFIKIR



Teori Kemahiran Berfikir : Robert Sperry.
- Teori Robert Sperry menghuraikan otak manusia yang menggunakan bahagian kirinya berfikir secara kritis dan bahagian kanannya pula berfikir secara kreatif. Kedua-dua bahagian otak ini mempunyai fungsi berfikir yang tertentu. Otak kiri mempunyai kemahiran berfikir dalam bidang berupa logik, analitis urutan atau susunan bahasa fakta, matematik dan ingatan. Manakala bahagian kanan mempunyai kemahiran berfikir dalam bidang berupa kreatif, sintesis, warna, reka bentuk di samping perasaan, irama, muzik dan imaginasi.
Berdasarkan huraian di atas, untuk melahirkan pelajar yang sanggup berfikir secara kritis dan kreatif, kedua-dua bahagian otak kanan dan kiri hendaklah dikembangkan.

 Teori Pelbagai Kecerdasan : Howard Gardner.
- Howard berpendapat setiap orang dikurniakan potensi yang berbeza dalam fitrahnya. Menurutnya manusia mempunyai tujuh kecerdasan iaitu;

       i.            Kecerdasan linguistik
     ii.            Kecerdasan logical-matematik
  iii.            Kecerdasan visual-Spatial
    iv.            Kecerdasan muzik
      v.            Kecerdasan tubuh kinestetik
    vi.            Kecerdasan interpersonal
 vii.            Kecerdasan intrapersonal

Dengan kecerdasan ini beliau percaya ia boleh dikembangkan dan dapat diajar di sekolah-sekolah.



Teori Epistemologi : Imam Al-Ghazali.
- Beliau merupakan tokoh Islam. Al-Ghazali membahagikan Sains dan pengetahuan kepada ilmu kekal dan ilmu sementara. Ilmu kekal datangnya dari Tuhan semata-mata. Ilmu sementara pula berupa ilmu binaan manusia samada hasil kajian atau teori atau hasil pengalaman langsung. Ilmu ciptaan manusia tergolong dalam Ilmu Aqli (akal).
Ilmu Naqli atau ilmu wahyu merupakan jenis pengetahuan asas yang mesti diketahui untuk membantu penaakulan dan mengupas kewujudan diri.
Ilmu Aqli merupakan hasil pemikiran dan kajian yang sah. Beliau mendefinisikan penaakulan sebagai kelayakan yang membolehkan seseorang individu menanggapi ilmu pengetahuan dan berfikir tentang sesuatu yang boleh difikirkan.



Teori Konstruktivisme
- Teori ini menganggap bahawa pengetahuan tidak boleh wujud di luar minda, tetapi dibina dalam minda berdasarkan pengalaman sebenar. Teori ini dibina berdasarkan gabungan hasil kajian ahli psikologi, ahli falsafah, dan penyelidik pendidikan terhadap proses pembelajaran individu. Mengikut Teori Konstruktivisme, ilmu pengetahuan adalah dibina melalui proses saling pengaruh di antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru yang berkaitan. Di bawah proses pembelajaran pelajar membina ilmu pengetahuan dengan melibatkan dirinya secara aktif dengan menggunakan cara membanding maklumat yang baru dengan pengalaman sedia ada. Ia juga melibatkan proses metakognitif disamping proses kognitif, di mana ia melibatkan operasi mengarah dan mengawal proses kognitif tersebut.


ALAT BERFIKIR



- Penguasaan murid terutama dalam kemahiran berfikir menjadi lebih berkesan melalui penggunaan alat berfikir yang sesuai semasa proses pengajaran dan pembelajaran berjalan. Contoh alat berfikir yang biasa digunakan ialah pengurusan grafik, peta minda dan alat CORT. Ia dapat membantu murid bagi mengimbas kembali maklumat berkaitan yang boleh digunakan untuk membantu mengabungkan maklumat-maklumat baru.




JENIS-JENIS PEMIKIRAN
  • Pemikiran Konvergen


- Mengikut Guilfort 1976, pemikiran konvergen ialah salah satu jenis daya berfikir. Beliau melihat pemikiran konvergen sebagai daya berfikir yang membolehkan seseorang menggunakan pengetahuan sedia ada dengan integrasi logik dan susunan demi menghasilkan idea atau jawapan yang lazim. Penyelesaian masalah juga dilakukan berdasarkan pengetahuan, pengalaman, peraturan prinsip, teori, hukum atau rumus yang sedia ada. Pemikiran konvergen tertumpu ke arah mencari satu jawapan atau satu cara tertentu dikenali sebagai pemikiran tertumpu atau pemikiran berpandu. Ia juga disebut pemikiran penaakulan atau pemikiran kritis.
Proses pemikiran yang terlibat dalam menjawab soalan ini ialah menenangkan, menyatakan, membanding.

  • Pemikiran Divergen.

- Dikenali sebagai pemikiran bercapah dan memerlukan seseorang itu berfikir secara kreatif tentang sesuatu maklumat. Ia merujuk kepada berfikir dalam penyelesaian sesuatu masalah dari berbagai-bagai sudut. Menurut Davidoff (1976), pemikiran divergen memerlukan jawapan yang banyak dan pelbagai. Idea yang terhasil juga asli dan bernilai. Individu yang berfikiran divergen diangap individu yang kreatif. Ia juga dikenali sebagai pemikiran mendaar atau lateral dan mempunyai unsure intuisi dan celik akal supaya masalah terbuka dapat diselesaikan dengan pelbagai cara yang unik dan luar biasa.
  • Pemikiran Reflektif

- Menurut Birchall (1992) pemikiran reflektif memerlukan penggunaan pengalaman-pengalaman sedia ada untuk menimbang kemungkinan-kemungkinan tindakan alternatif yang boleh jaya untuk mencapai objektif penyelesaian masalah serta menetapkan keputusan bagi tindakan seterusnya.
Wilson J & Wing Jan L (1993) berpendapat pemikiran reflektif adalah berhubung rapat dengan aspek-aspek pemikiran yang lain.


Read more

Bacaan ku (6) FILSAFAT HATI NURANI (bag.2)

2. Pengertian hati nurani secara metafisika
Hati Nurani adalah kesadaran akan kewajiban berhadapan dengan sistuasi konkret yang saya hadapi kini dan disini. Berkaitan dengan adanya kesadaran (conscientia = bersama dengan, turut mengetahui) tentang perbuatan dan tentang pelaku (diri sendiri). Semacam instansi dalam bati kita, yang menilai dari segi moral perbuatan-perbuatan yang kita lakukan. Cara berfungsinya Sebagai vindex : menilai perbuatan yang telah berlangsung Sebagai index : menilai perbuatan yang akan datang Sebagai ludex : menilai perbuatan yang sedang dilakukan. Kemutlakan hati nurani, tuntutannya mutlak, tidak dapat di tawar-tawar. Memerintahkan tanpa syarat (imperatif kateoris). Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi setiap orang. Hati nurani adalah norma terakhir bagi perbuatan-perbuatan kita. Hati nurani bisa keliru tuntutannya mutlak tapi belum tentu benar (bisa benar bisa salah). Perlu dibedakan : saat sebelum keputusan diambil, Saat keputusan diambil. Sifat personal dan Adipersonal hati nurani; bersifat personal karena selalu berkaitan erat dengan pribadi yang bersangkutan dan hanya memberi penilaiannya tentang perbuatan saya sendiri. Bersifat Adipersonal, karena Hati nurani (Nur = cahaya) berarti hati yang diterangi, terhadap hati nurani seakan kita menjadi “pendengar”, mempunyai aspek transenden, yang melebihi pribadi kita, dan karena aspek adipersonal ini, hati nurani memiliki dimensi religius. Penentuan baik buruk , benar salah. Perbuatan yang dilakukan atas desakan hati nurani belum tentu secara objektif juga baik.Yang sebenarnya mau diungkapkan bukanlah baik buruknya perbuatan itu sendiri, melainkan bersalah tidaknya si pelaku. Maka kita tidak pernah boleh bertindak bertentangan dengan hati nurani kita. Akan tetapi manusia wajib juga mengembangkan hati nuraninya dan seluruh kepribadian etisnya samapi menjadi matang dan seimbang (yang subjektif dan objektif menjadi sama).
C. Hakikat-hakikat Hati Nurani
1. Penghayatan atas yang baik dan yang buruk di dalam tingkah laku yang konkret.
Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret.
2. Kekuatan Hati Melebihi Kekuatan Pikiran.
Akal manusia sungguh sangat liberal dan radikal mampu menembus ruang dan waktu mengembara dari khayal ke khayal, mampu berfikir untuk berkreasi dan berinovasi, membuat aturan-aturan untuk dirinya dan sesamanya, bahkan dengan akal itu pula manusia dapat berbuat sangat kejam, melanggar norma-norma yang dapat merusak sistem kehidupan. Dengan akal pula manusia mampu menguasai bumi dengan cara mengolah sumber-sumber daya yang ada di bumi dan memanfaatkannya untuk kepentingan dirinya, bahkan manusia mampu pergi ke ruang angkasa, menginjakan kakinya di bulan dan suatu saat nanti akan dapat pula mengeksplorasi sumber daya di ruang angkasa.
Itulah akal manusia yang dianugerahkan Tuhan hanya untuk manusia, anugrah ini tentunya harus dipergunakan untuk mensyukuri nikmatnya, akal yang senantiasa bersyukur ini disebut akal sehat, akal sehat selalu bersanding dengan hati nurani.
Hati nurani atau hati kecil hati adalah hati yang selalu diliputi cahaya sang Maha Pencipta, mengikuti irama alam semesta yang memang diciptakan Tuhan untuk manusia maka tatkala manusia yang berhati nurani melihat ketidak sesuaian atau adanya ketidak selarasan dengan alam ini maka dirinya kan tergerak untuk merubahnya dan menyesuaikan dengan keselarasan alam tadi.
Ketika seseorang dengan hati nurani, melihat ada orang lain yang patut ditolong pasti akan ditolongnya tanpa menghiraukan apa jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang ditolong itu berasal. Dengan hati nurani juga manusia bisa berbuat baik untuk seluruh mahluk yang ada di alam ini dengan memberi perlindungan secara maksimal dengan menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang dapat memberi rahmat atas alam ini, pembawa damai dan toleransi.
3. Pemberi Peringatan yang Paling Halus.
Hati nurani itu penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan kebenaran yang hakiki. Dengan demikian kenapa hati nurani ini tidak kita jadikan sebagai salah satu pertimbangan yang mendasar didalam pengambilan suatu keputusan terhadap apa yang akan kita kerjakan. Suatu philosofi yang mendasarkan bahwa seseorang jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya, maka dia akan dihantui oleh kesalahan-kesalahan. tersebut. Ada lagi kata-kata “orang lain mungkin dapat anda tipu, tapi hati nurani anda, pasti akan sulit untuk anda bohongi”. Kata-kata ini bermakna cukup mendalam sebagai hukuman bagi seseorang yang melakukan suatu hal yang bertentangan dengan nurani. Bahkan hukuman ini mungkin lebih keras dari hukuman fisik, karena hal ini merupakan hukuman bathin, atau yang biasa disebut “tekanan bathin”. Marilah kita selalu bercermin kepada hati nurani, karena didalamnya terkandung nilai-nilai luhur, yang akan membawa kemaslahatan bagi kita sendiri dan orang-orang disekitar kita. Janganlah pertimbangan-pertimbangan negatif lebih mendominasi, sehingga menyebabkan “buta”nya hati nurani. Kembalilah kepada pemikiran-pemikiran positif dalam mencermati suatu masalah dengan koridornya adalah hati nurani. Janganlah konsep materialistis sampai mengesampingkan hati nurani, kita tidak akan mampu lari dari kesalahan-kesalahan akibat melawan nurani itu.
4.Hati nurani merupakan martabat terdalam diri manusia.
Hati nurani diberikan secara langsung oleh Sang Pencipta kepada manusia. Anugrah inilah yang mampu membantu manusia dalam membedakan suatu hal yang baik dan yang buruk. Hati nurani inilah yang memberikan dorongan bagi manusia untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Karenanya apabila kita tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh hati nurani, maka hal itu sama dengan mengkhianati martabat terdalam yang ada pada diri kita serta menghancurkan integritas pribadi kita sebagai manusia.
5. Hati nurani tempat kesadaran manusia untuk merefleksikan diri.
Kesadaran inilah yang mampu membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Hati nurani inilah yang menuntut manusia untuk melakukan perbuatan yang bersifat moral (baik dan buruk). Tidak hanya itu, hati nurani juga memiliki kemampuan untuk mengetahui dan menilai suatu perbuatan bersifat moral ataupun amoral, dengan kata lain hati nurani juga dapat dijadikan sebagai “saksi” yang mengetahui perbuatan yang kita lakukan.
Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.
6. Bersifat retrospektif dan prospektif.
Hati nurani retrospektif memberikan penilaian terhadap perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nurani retrospektif mampu mencela dan menuduh apabila perbuatan yang dilakukan manusia tergolong amoral (perbuatan yang buruk), memberikan kepuasan apabila perbuatan yang dilakukan terpuji dan dianggap baik. Dengan demikian hati nurani dapat dianggap sebagai badan kehakiman dalam batin manusia mengenai perbuatan yang telah berlangsung. Apabila hati nurani memberikan tuduhan yang menggelisahkan ini berarti manusia miliki a bad conscience, sedangkan apabila hati nurani memberikan kesenangan atas suatu tingkah laku baik ini menunjukkan bahwa manusia memiliki a good conscience.
7. Hati nurani juga berkaitan dengan personal dan adipersonal manusia.
Hati nurani personal berkaitan dengan pribadi yang bersangkutan. Hati nurani ini akan berkembang seiring dengan perkembangan seluruh kepribadian manusia, dan hanya memberikan penilaian atas perbuatannya sendiri. Sedangkan pada aspek adipersonal hati nurani mempunyai suatu aspek transenden yang artinya melebihi pribadi kita. Bagi umat beragama hati nurani adipersonal berkaitan dengan dimensi religius.
8. Pegangan menuju keputusan yang baik dan benar.
Dalam setiap pertimbangan yang kita miliki dan dalam melakukan atau memutuskan sesuatu selalu dipengaruhi oleh logika dan hati nurani. Ada kalanya logika manusia tidak dapat memberikan keputusan terbaik, maka diharapkan hati nurani memegang kendali atas keputusan kita. Hati nurani merupakan salah satu ”otak” dalam pengambilan keputusan disamping logika. Hati nurani dapat juga memberikan penilaian dan rasa tanggung jawab terhadap keputusan tersebut.Hati nurani memiliki fungsi sebagai ”juri” atas diri kita. Hati nurani akan terus memberikan penilaian terhadap perbuatan, keputusan, dan cara hidup kita.
9. hati nurani makin lama makin terasa dan memiliki peranan
Seiring perkembangan zaman, terjadi pula banyak perubahan dalam tatanan masyarakat, termasuk di dalamnya perubahan di bidang tata moral masyarakat. Dalam kehidupan moral sehari-hari, peranan hati nurani makin lama makin memiliki peranan. Jika dalam masyarakat tidak ada lagi konsensus mengenai norma moral, dan jika kesadaran bersama akan patokan menjadi kabur, maka perbuatan seringkali tergantung pada keyakinan pribadi dan pada hati nurani. Agar mampu mengambil keputusan yang baik dan benar, seseorang harus memiliki hati nurani yang dewasa dan matang.
10. hati nurani yang luhur dapat membuat manusia melakukan hal besar, dan di sisi lain, hati nurani yang tersesat dapat membuat manusia melakukan hal yang sama sekali tidak berperikemanusiaan
11. Pengendali Hidup Manusia
Institusi pengendali hidup manusia sebenarnya tidak satu perkara atau hal, melainkan banyak hal, diantara pengendali itu ada yang saling menguatkan, ada yang saling merobohkan. Pengendali hidup manusia adalah kebutuhan jasmaniah, kondisi alam lingkungannya, peradaban dimana ia dilahirkan, akal fikirannya, perasaannya, keyakinannya, situasi politik dan sosialnya, serta hati nuraninya.
Hati nurani merupakan tempat keberadaan nilai-nilai yang bersifat fitrah. Dalam setiap diri kita tertanam nilai-nilai fitrah seperti kasih sayang, kesabaran, kelemah-lembutan, serta kerinduan akan kebenaran yang hakiki. Hati nurani merupakan kekuatan pendorong bagi manusia untuk selalu rindu pada kebenaran. Sehingga apabila kehidupan sosial kita dibangun di atas hati nurani, maka kehidupan sosial kita akan aman damai.
12. Kebaikan ini akan terasa mudah apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam berbicara dan bertindak
Hati nurani cenderung kepada kebaikan. Kebaikan ini akan terasa mudah apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam berbicara dan bertindak. Namun, bagi seseorang yang sudah terbiasa melakukan sesuatu tidak berdasarkan hati nurani hal ini akan menjadi berat. Perlu kekuatan yang luar biasa untuk mengikuti hati nurani. Terutama hal yang belum bisa diterima oleh keadaan sekitar. Disini keyakinan dan optimisme perlu ditanamkan dalam pikiran dan hati kita. Setiap manusia pastilah mempunyai hati nurani. Kejujuran yang ada di dalam hati manusia. Seringkali kita melakukan tindakan yang sesuai dengan hati nurani. Kata hati nurani tidak pernah bohong. Namun, banyak konsekuensi yang akan kita dapatkan apabila kita mengkuti hati nurani. Karena seringkali hati nurani yang kita rasakan tidak mudah diterima oleh keadaan sekitar kita. Sehingga kadang-kadang ada tarik menarik antara mengikuti hati nurani atau mengingkarinya.
E. Virtualisasi dan Revitalisasi Hati Nurani
Hati nurani butuh penyegaran, didikan, latihan, rekreasi, reorientasi, penanaman paradigma. Hati nurani merupakan pemberian Sang Pencipta yang perlu dibina. Pembinaan ini ada yang halus dan jitu, ada yang kuran tepat dan longgar, serta ada pula yang tumpul. Hati nurani yang tumpul biasanya disebabkan adanya salah didikan yang ditanamkan sejak kecil. Keadaan hati nurani (longgar, tumpul, maupun jitu), semuanya bergantung pada pendidikan lingkungan. Karenanya dibutuhkan suatu pembinaan terhadap hati nurani agar moral manusia tetap terjaga.
Orang dari jaman dahulupun sudah menyadari akan peran informasi-informasi yang didapatkan dari lingkungan terhadap perilaku manusia. Kualitas hati nurani yang dimiliki seseorang tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan. sekitar orang tersebut. Secara tidak langsung kualitas hati nurani seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya. Melalui lingkunganlah seseorang membentuk nilai-nilai moral dan tanggung jawab. Lingkungan merupakan menjadi sumber pengetahuan bagi hati nurani. Lingkungan yang berpengaruh itu dapat berupa keluarga, teman, pergaulan, budaya, agama, dan tradisi. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang baik maka hati nurani yang terbentuk akan memiliki kualitas yang baik dan sebaliknya.
Kesadaran manusia dalam bertindak dan merfleksikan apa yang telah dilakukan sangat dipengaruhi oleh hati nurani. Hati nurani inilah yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan moral (baik atau buruk), serta melakukan penilaian terhadap sikap yang telah ataupun hendak dilakukan. Dalam hal ini hati nurani melakukan penilaian suatu tindakan baik secara retrospektif maupun prospektif, dan bertindak sebagai “saksi” atas perbuatan yang telah dilakukan. Peran hati nurani yang begitu besar dalam mempengaruhi sikap serta tindakan yang diperbuat menuntut pengelolaan hati nurani yang baik, dan tepat.
Pembinaan hati nurani yang tidak tepat dapat berakibat pada rusaknya nilai – nilai moral yang ada dalam diri manusia.
Hati nurani , sebagai penilaian dari suatu perbuataan, tidak luput dari kemungkinan untuk keliru. Kepincangan dan gangguan hati nurani tersebut akan sangat berpengaruh pada saat seseorang membuat keputusan. Hati nurani yang terganggu atau pincang dapat mengakibatkan orang sulit mengambil keputusan, bahkan dapat menentukan keputusan yang salah secara moral.
hati nurani dapat juga menjadi tumpul/salah/tersesat jika manusia tersebut tidak pernah mendengarkan suara hati nuraninya ataupun karena lingkungan yang ada disekitar mausia tersebut.

Read more